Sekedar atau Sekadar, manakah yang benar?
oleh: Andi Dwi Handoko, S.Pd.
Ada kalanya, kita mendengar seorang mengucapkan kalimat yang mengandung kata “sekedar”. Kata ini bahkan sudah sering kita dengar di beberapa lirik lagu Indonesia. Contohnya saja lagu yang dibawakan Ada Band “Haruskah Kumati”.
"Tiadakah ruang di hatimu untukku
Yang mungkin bisa ‘tuk kusinggahi
Hanya sekedar penyejuk di saat kulayu
Ku ‘tlah menantimu hingga akhir masa”
Hanya sekedar penyejuk di saat kulayu
Ku ‘tlah menantimu hingga akhir masa”
Ada juga lirik lagu yang dibawakan Sheila on 7 (kebetulan saya juga penggemar band ini) yang berjudul “Sahabat Sejati”.
“Kita s’lalu berpendapat, kita ini yang terhebat
Kesombongan di masa muda yang indah
Aku raja kaupun raja
Aku hitam kaupun hitam
Arti teman lebih dari sekedar materi”
Kesombongan di masa muda yang indah
Aku raja kaupun raja
Aku hitam kaupun hitam
Arti teman lebih dari sekedar materi”
Tidak hanya itu, lagu lama berjudul “Kucari Jalan Terbaik” yang dipopularkan oleh Pance ini pun mengandung kata “sekedar”.
“Senyum dan tawa hanya sekedar saja
Sebagai pelengkap sempurnanya sandiwara
Berawal dari manisnya kasih sayang
Terlanjur kita hanyut dan terbuai”
Sebagai pelengkap sempurnanya sandiwara
Berawal dari manisnya kasih sayang
Terlanjur kita hanyut dan terbuai”
Kata “sekedar” sudah sangat akrab di telinga masyarakat. Selain karena memang dibiasakan, adanya beberapa lagu yang juga terkenal tadi ikut “mendoktrin” pikiran masyarakat untuk menggunakan kata tersebut. Kenyataannya, kata “sekedar” adalah kata yang salah dan sebenarnya tidak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata “sekedar” seharusnya tidak digunakan dan diganti dengan “sekadar”.
Mengapa kata “sekedar” yang sudah enak kita ucapkan dan dengarkan tersebut justru salah penggunaannya? Hal ini dikarenakan disebabkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak memuat kata “sekedar” atau “kedar”. Adanya adalah “kadar”. Kata “sekadar” adalah kata bentukan dari “kadar”. Dengan demikian, yang benar adalah “sekadar” bukan “sekedar”. Jika kita analogikan, ada ungkapan kata “ala kadarnya” yang bermakna cukup, bukan “ala kedarnya”.
Kata “sekadar” mempunyai arti “hanya untuk”. Jadi, misalnya ada kalimat “Aku datang sekadar melihat-lihat.” mempunyai arti “Aku datang hanya untuk melihat-lihat.”
Jadi, sekarang masihkah mau memakai kata “sekedar” yang sudah jelas salah? Untuk membiasakan memakai kata “sekadar”, mulai sekarang cobalah berlatih bernyanyi dengan lagu-lagu di atas dengan mengganti kata “sekedar” menjadi “sekadar”.
“... hanya sekadar penyejuk di saat kulayu...”
“... arti teman lebih dari sekadar materi ...”
“Senyum dan tawa hanya sekadar saja...”
0 Response to "Sekedar atau Sekadar, manakah yang benar?"
Post a Comment